Senin, 09 Maret 2015

TRIMATRA KAPEMASI



Doktrin Trimatra Kapemasi

KAPEMASI merupakan sebuah organisasi yang memiliki tiga substansi yakni, "Keluarga, Pelajar dan Mahasiswa, dan Bekasi".Tiga substansi ini mangandung muatan filosofis bahwa para civitas KAPEMASI yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa memiliki kualitas dan keilmuan, semangat kekeluargaan dan mempunyai komitmen kedaerahan (Bekasi). Namun ketiga muatan itu akan dihadapakan pada persoalan lain : Pertama, bagaimana kualitas keilmuan itu dihadapkan dengan keimanan; Kedua, bagaimana kekeluargaan itu dihadapkan pada kemandirian, dan Ketiga, bagaimana cakupan ke­Bekasi-an dihadapkan pada konteks ke-Indonesiaan. Tiga persoalan ini terkesan antagonis tapi memiliki paradigma-doktrinal yang harmonis.

1.      DOKTRIN KEILMUAN DALAM KEIMANAN
Istilah "pelajar clan mahasiswa" sesungguhnya tendensius, mengandung muatan keilmuan dalam hal ini, KAPEMASI layak di pandang sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berilmu. Aktifitas keorganisasiannya menyiratkan aktizalisasi dari peran keilmuan dan keimanan, karena keimanan itu sendiri menjadi tolak ukur sekaligus menjadi sumber inspirasi.
Jika premis itu di terima, maka keilmuan dan keimanan menjadi dua hal penting yang pada satu sisi bisa berjalan bersama secara harmonis, tetapi pada sisi lain bisa jadi malah akan berhadapan secara antagonis.
Dalil yang aplicable untuk melihat keilmuan itu mesti di ukur dengan keimanan adalah al-Qur'an surat al-Muajadalah ayat 111.Ayat ini merupakan kerangka acuan bahwa antara keimanan dengan keilmuan mesti dipadukan. Jika keilmuan yang mereka kembangkan sebagai wujud inspirasi yang disinari ruh keimanan, maka keilmuan akan berkembang menjadi bebas nilaikeilmuan itu.
Berjalan tanpa sinar keimanan maka akan berkembanng menjadi bebas nilai dan bahkan menjadi dehuman (kebinatang-binatangan). Dasar pertimbangannya, ilmu itu sebagai kreasi atau rekayasa manusia lewat penginderaan, pengamatan, penelitian, dan penemuan. Di sini manusia menjadi subyek peneliti yang kemudian menjadi penentu ilmu pengetahuan. Namun ilmu yang ditemukan ini bersifat tentatif dan relatif, sedangkan keimanan itu sendiri mengandung muatan teologis yang berarti sebagai sebuah kemasan yang didatangkan dari Tuhan.
Berdasarkan hal di atas, maka KAPEMASI menghendaki kadernya yang mampu

2.      DOKTRIN KEMANDIRIAN DALAM KEKELUARGAAN
Allah telah menjadikan manusia secara fitrahnya sebagai makhluk bersaudara2, yang satu sama yang lain saling membutuhkan. Nilai fitrah ini akan teraktualisasi dalan sikaf saling menghormati, menghargai, menegakkan kepentingan bersama serta saling menghindari sifat individualistis. Masing-masing individu akan meninggalkan sikap curiga, buruk sangka 3dan meremehkan orang lain.4
Dengan hilangnya sifat individualis itu, maka akan tumbuh suatu komunitas KAPEMASI yang menjunjung tinggi persaudaraan dan sikaf ta'awun (tolong-menolong) dalam kebaikan dan kebenaran5, saling menjaga persatuan6, saling asah, sating asuh, saling menjaga nama baik, dan saling memberi perlindungan7 kepada kawan-kawan atau keluarga dalam perjuangan.8
Sikap-sikap di atas merupakan wujud "kekeluargaan" yang dalam wacana Islam di sebut "Ukhuwah Islamiyah", nilai-nilai kekeluargaan ini harus teraktualisasi menjadi , kebersamaan sikaf dalam menegakkan dan membesarkan KAPEMASI. Tanpa dilandasi ~ ini, maka KAPEMASI akan kehilangan esensinya, karena kekeluargaan atau persaudaraan adalah ruhnya KAPEMASI.
Namun ruh kekeluargaan tersebut tidak lantas membuat kader KAPEMASI terjebak sikap saling ketergantungan yang membuat mereka menjadi tidak mandiri, karena itulah sebagai sebuah organisasi kader, KAPEMASI harus dituangkan ke arah pemenuhan dan pengembangan jati diri sumber daya kader-kadernya. Berbagai kemampuan, baik kemampuan berorganisasi, managerial, intelektual, maupun kemampuan mengaktualisasikan peran-peran sosial adalah menjadi hal-hal yang harus diprioritaskan dalam bingkai kekeluargaan itu.
Upaya pemenuhan dan pengembangan jati diri itu dimaksudkan agar dari KAPEMASI itu bermunculan kader-kader tangguh, tahan uji, tanggung jawab9, dan I memiliki kualitas yang berdaya tawar atau "marketable" (siap dipasarkan) ke berbagai ~ lapangan kehidupan masyarakat. Semua ini akan terwujud apabila kader-kader memilii kemandirianlO, baik intelektual, sosial, ekonomi, moral, maupun spiritual.
Secara -intelektual, kader-kader KAPEMASI adalah kader yang mempunyai wawasan berpikir yang luas, mampu menemukan, merumuskan dan mengembangkan persoalan-persoalan keilmuan, baik keilmuan murni maupun terapan, dengan dibekali ketajaman analisis, ketetapan argumentasi dan keakuratan mengelola fakta-fakta ilmiahll. Kader KAPEMASI harus mampu menunjukan jati dirinya sebagai kader Scientic (mempunyai sikap-sikap ilmiah) dan bukan menunjukan sikap emosional, frontal yang di anggat dalam menghadapi berbagai persoalan.
Secara sosial kader KAPEMASI menunjukan sebagai manusia-manusia yang mempunyai jiwa sosial dan peka terhadap kehidupan masyarakat sekitar, sehingga fungsi mereka sebagai kontrol sosial (social control) dapat terwujud.12
Fungsi kontrol terseut dapat terwujud lewat aktivitas-aktivitas yang bernuansa sosial yang berorientasi pada penegakkan keadilan13, kesejahtraan sosial dan keadilan ekonomi. Oleh karena itu sikap kepekaan sosial mesti dibarengi kemandirian ekonomi para kadernya.
Karena manusia sebagai subyek dan obyek ekonomi, produsen, dan sekaligus konsumen, maka dibutuhkan kader yang memiliki kemandirian ekonomi melalui penyiapan keterampilan dan sumber daya pelaku ekonomi. Untuk itu kader KAPEMASI di tuntut mempunyai kemandirian ekonomi dan giat melakukan ikhtiar-ikhtiar ekonomi ini berdasarkan hadits nabi yang menjelaskan bahwa bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi adalah wajib (fardlu) setelah kewajiban yang lain14.
Interpretasi hadits itu akan melahirkan manusia-manusia produktif yang bersumber daya tinggi, ini berangkat dari kenyataan bahwa Allah tidak memberi rizki dalam bentuk jadi yang siap digunakan, melainkan hanya dipersiapkan berupa sarana dan sumber daya alam, maka sudah tentu untuk mengolahnya dibutuhkan manusia yang produktif.
Manusia produktif secara definitif adalah kelompok enterpreneuryang berciri antara lain: peka terhadap kebutuhan lingkungan, menguasai informasi dan memiliki dinamika dan kreatifitas yang tinggi, sehingga mampu menciptakan bukan hanya mencari lapangan kerja dan menumbuhkan wawasan ekonomi yang luas. Kader-kader yang mandiri seperti inilah yang dikehendaki oleh KAPEMASI.
Berdasarkan pandangan di atas maka KAPEMASI mengarahkan kader-kaderny. untuk mandiri,yang ditunjukan melalui sikap kreatif, inovatif dan tidak bersikap mas. bodoh terhadap persoalan-persoalan ekonomi yang berkembang. Dalam wacan.~ peradaban Islam, Nabi Muhammad sewaktu hijrah ke Madinah telah memerintahkan d bangunnya pasar, setelah sempurnanya pembangunan Mesjid, Ini tentu saja bukan hany, sekeedar bangunan fisik sebagai sirkulasinya berbagai komoditas, namun mei-upak. simbol yang menggambarkan betapa pentingnya sistem "perekonomian dan pemasaran".
Namun dalam sistem perekonomian ini, kader-kader KAPEMASI menghindari sistem kapitalis yang berinti pada kepemilikan setiap individu secara bebas tanpa batas, Dalam sistem kapasitas ini cenderung individualistis dan monopolistik karena setiap pemilik modal dapat bersikap sewenang-wenang15 tanpa memperhatikan sistem ekonomi para duafa dan fakir miskin16. Kapitalisme yang individualistik dan monopolistik akan mengabaikan distribusi secara adil, sehingga akan membenarkan statemen "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin".
KAPEMASI membenarkan kepemilikan perseorangan, akan tetapi kapitalisme monopolistik yang berpandangan eksploitatif terhadap manusia dan alam, sangat dihindari oleh kader-kadernyal7. Demikian juga dengan sistem perekonomian sosialis yang bertumpu pada sentralisasi kepemilikan negara, tanpa memberikan kesempatan pada pemilikan perseorangan atau swasta untuk bekerja mengembangkan ekonomi adalah tidak dikehendaki oleh KAPEMASI.
Secara spiritual, kader KAPEMASI menunjukan individu-individu yang di satu sisi kemampuan intelektualnya handal, jiwa sosialnya teruji, moralnya terpuji, dan di sisi lain mampumemerankan diri sebagai seorang abid (hamba) dihadapan Allah'8, yang tentunya tidak pernah mencampakan agamanya hanya karena pamrih-pamrih ekonomi dan hedonisme keduniaan yang menggiurkan19 di tengah kehidupan modern.

3.      DOKTRIN KEBEKASIAN DALAM KEINDONESIAAN
Membangun daerah atau mencurahkan perhatian terhadap tanah kelahiran merupakan keharusan moral. Ini merupakan rangkaian atas doktrin persaudaraan kedaerahan. Sebagai wujud dari sebuah daerah yang terus bergerak maju dalam derap segenap potensinya untuk membangun tersebut. Oleh karena itu segenap kader KAPEMASI telah di tuntut mencurahkan perhatian untuk turut berpartisipasi aktif membangun daerah Bekasi.
Namun dalam wujud partisipasi itu mesti dipahami sebagai sebuah upaya membangun Bekasi dalam konteks daerah-daerah lain yang lebih luas. Dari isi mereka tidak lantas memahami daerah lain di Indonesia ini berdasarkan fakta bahwa Bekasi sebagai bagian kecil dari Indonesia, sehingga pembangunannya tidak lepas dari program­progam pembangunan secara nasional. Untuk itu logika yang mesti diterapkan adalah "Ke-Bekasi-an dalam konteks Ke-Indonesia-an".
Logika di atas tidak memaksakan kader KAPEMASI untuk pulang kampung. Ini dapat menjembatani mereka karena sesuatu hal tidak bisa harus pulang ke Bekasi. Namun dengan catatan "Dimanapun mereka berada dan kemudian membangun daerah lain, tapi komitmen kebekasian mereka tidak boleh luntur".
Logika di atas juga tidak membuat kader-kader KAPEMASI berpikiran tidak toleran, farsial dan picik dengan beranggapan bahwa orang yang bukan ash Bekasi tidak layak hidup di Bekasi. Hadirnya orang-orang pendatang justru harus membuat kader­kader KAPEMASI bersama masyarakat Bekasi menjadi terpacu untuk maju dengan membangun kualitas sumber daya manusia untuk bisa bersaing secara kualitas orang­orang non Bekasi, sehingga mereka turut menentukan kemajuan Bekasi.