Doktrin Trimatra Kapemasi
KAPEMASI merupakan sebuah organisasi yang memiliki tiga substansi yakni, "Keluarga, Pelajar dan
Mahasiswa, dan Bekasi".Tiga substansi ini mangandung muatan filosofis bahwa para civitas
KAPEMASI yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa memiliki kualitas dan keilmuan, semangat kekeluargaan dan
mempunyai komitmen kedaerahan (Bekasi).
Namun ketiga muatan itu akan dihadapakan pada persoalan lain : Pertama, bagaimana kualitas keilmuan itu
dihadapkan dengan keimanan; Kedua, bagaimana kekeluargaan itu dihadapkan pada
kemandirian, dan Ketiga, bagaimana cakupan keBekasi-an
dihadapkan pada konteks ke-Indonesiaan. Tiga persoalan ini terkesan antagonis tapi memiliki paradigma-doktrinal yang harmonis.
1.
DOKTRIN KEILMUAN DALAM KEIMANAN
Istilah "pelajar clan
mahasiswa" sesungguhnya tendensius, mengandung muatan keilmuan dalam hal ini, KAPEMASI
layak di pandang sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berilmu. Aktifitas
keorganisasiannya menyiratkan aktizalisasi dari peran keilmuan dan keimanan,
karena keimanan itu sendiri menjadi tolak ukur sekaligus menjadi sumber inspirasi.
Jika premis itu di terima, maka keilmuan dan keimanan menjadi dua hal
penting yang pada satu sisi bisa berjalan
bersama secara harmonis, tetapi pada sisi lain bisa jadi malah akan berhadapan secara
antagonis.
Dalil yang
aplicable untuk melihat keilmuan itu mesti di ukur dengan keimanan adalah al-Qur'an surat al-Muajadalah ayat 111.Ayat ini merupakan kerangka acuan bahwa antara keimanan dengan keilmuan mesti dipadukan.
Jika keilmuan yang mereka kembangkan sebagai wujud inspirasi yang disinari ruh
keimanan, maka keilmuan akan berkembang
menjadi bebas nilaikeilmuan itu.
Berjalan tanpa sinar keimanan maka akan berkembanng menjadi bebas nilai dan
bahkan menjadi dehuman (kebinatang-binatangan). Dasar pertimbangannya, ilmu itu
sebagai kreasi atau rekayasa manusia lewat penginderaan, pengamatan,
penelitian, dan penemuan. Di sini manusia menjadi subyek peneliti yang kemudian menjadi
penentu ilmu pengetahuan. Namun ilmu yang ditemukan ini bersifat tentatif dan
relatif, sedangkan keimanan itu sendiri mengandung muatan teologis yang berarti
sebagai sebuah kemasan yang didatangkan dari Tuhan.
Berdasarkan hal di atas, maka KAPEMASI menghendaki
kadernya yang mampu
2. DOKTRIN KEMANDIRIAN DALAM KEKELUARGAAN
Allah telah menjadikan manusia secara fitrahnya sebagai makhluk bersaudara2, yang
satu sama yang lain saling
membutuhkan. Nilai fitrah ini akan teraktualisasi dalan sikaf saling
menghormati, menghargai, menegakkan kepentingan bersama serta saling menghindari sifat individualistis. Masing-masing
individu akan meninggalkan sikap curiga,
buruk sangka 3dan
meremehkan orang lain.4
Dengan hilangnya sifat individualis itu, maka akan tumbuh suatu komunitas KAPEMASI yang menjunjung tinggi
persaudaraan dan sikaf ta'awun (tolong-menolong) dalam kebaikan dan kebenaran5, saling menjaga persatuan6,
saling asah, sating asuh, saling menjaga nama baik, dan saling memberi
perlindungan7 kepada
kawan-kawan atau keluarga dalam
perjuangan.8
Sikap-sikap di atas merupakan wujud "kekeluargaan" yang dalam
wacana Islam di sebut "Ukhuwah Islamiyah", nilai-nilai kekeluargaan ini harus
teraktualisasi menjadi , kebersamaan sikaf dalam menegakkan dan
membesarkan KAPEMASI. Tanpa dilandasi ~ ini, maka KAPEMASI akan kehilangan
esensinya, karena kekeluargaan atau persaudaraan adalah ruhnya KAPEMASI.
Namun ruh
kekeluargaan tersebut tidak lantas membuat kader KAPEMASI terjebak sikap saling ketergantungan yang membuat
mereka menjadi tidak mandiri, karena
itulah sebagai sebuah organisasi kader, KAPEMASI harus dituangkan ke arah pemenuhan dan pengembangan jati diri sumber daya
kader-kadernya. Berbagai kemampuan, baik kemampuan
berorganisasi, managerial, intelektual, maupun kemampuan mengaktualisasikan peran-peran sosial
adalah menjadi hal-hal yang harus diprioritaskan
dalam bingkai kekeluargaan itu.
Upaya pemenuhan dan pengembangan jati diri itu dimaksudkan agar dari KAPEMASI itu bermunculan
kader-kader tangguh, tahan uji, tanggung jawab9, dan I memiliki kualitas yang berdaya tawar atau "marketable" (siap
dipasarkan) ke berbagai ~ lapangan
kehidupan masyarakat. Semua ini akan terwujud apabila kader-kader memilii kemandirianlO, baik intelektual, sosial, ekonomi,
moral, maupun spiritual.
Secara
-intelektual, kader-kader KAPEMASI adalah kader yang mempunyai wawasan berpikir yang luas, mampu menemukan, merumuskan dan
mengembangkan persoalan-persoalan keilmuan, baik keilmuan murni maupun
terapan, dengan dibekali ketajaman analisis,
ketetapan argumentasi dan keakuratan mengelola fakta-fakta ilmiahll. Kader KAPEMASI harus mampu menunjukan jati dirinya
sebagai kader Scientic (mempunyai
sikap-sikap ilmiah) dan bukan menunjukan sikap emosional, frontal yang di anggat
dalam menghadapi berbagai persoalan.
Secara sosial kader KAPEMASI menunjukan sebagai manusia-manusia yang mempunyai jiwa sosial dan peka terhadap kehidupan
masyarakat sekitar, sehingga fungsi mereka sebagai kontrol sosial (social
control) dapat terwujud.12
Fungsi kontrol terseut dapat terwujud lewat aktivitas-aktivitas yang bernuansa sosial yang
berorientasi pada penegakkan keadilan13, kesejahtraan sosial dan keadilan ekonomi. Oleh karena itu sikap kepekaan sosial mesti dibarengi
kemandirian ekonomi para kadernya.
Karena manusia sebagai subyek dan obyek ekonomi, produsen, dan sekaligus konsumen, maka dibutuhkan kader yang memiliki
kemandirian ekonomi melalui penyiapan
keterampilan dan sumber daya pelaku ekonomi. Untuk itu kader KAPEMASI di tuntut mempunyai kemandirian ekonomi dan giat
melakukan ikhtiar-ikhtiar ekonomi ini
berdasarkan hadits nabi yang menjelaskan
bahwa bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
adalah wajib (fardlu) setelah kewajiban yang lain14.
Interpretasi hadits itu akan melahirkan manusia-manusia produktif yang bersumber daya tinggi, ini
berangkat dari kenyataan bahwa Allah tidak memberi rizki dalam bentuk jadi yang siap
digunakan, melainkan hanya dipersiapkan berupa sarana dan sumber daya alam, maka sudah
tentu untuk mengolahnya dibutuhkan manusia yang produktif.
Manusia produktif
secara definitif adalah kelompok enterpreneuryang berciri antara lain: peka
terhadap kebutuhan lingkungan, menguasai informasi dan memiliki dinamika dan kreatifitas yang tinggi, sehingga
mampu menciptakan bukan hanya mencari lapangan
kerja dan menumbuhkan wawasan ekonomi yang
luas. Kader-kader yang mandiri seperti inilah yang dikehendaki oleh KAPEMASI.
Berdasarkan pandangan di atas maka KAPEMASI mengarahkan kader-kaderny. untuk mandiri,yang ditunjukan melalui sikap kreatif,
inovatif dan tidak bersikap mas. bodoh
terhadap persoalan-persoalan ekonomi yang berkembang. Dalam wacan.~ peradaban Islam, Nabi Muhammad sewaktu hijrah ke
Madinah telah memerintahkan d bangunnya
pasar, setelah sempurnanya pembangunan Mesjid, Ini tentu saja bukan hany, sekeedar bangunan fisik sebagai sirkulasinya
berbagai komoditas, namun mei-upak. simbol
yang menggambarkan betapa pentingnya sistem "perekonomian dan
pemasaran".
Namun dalam sistem perekonomian ini, kader-kader KAPEMASI menghindari sistem kapitalis yang berinti pada kepemilikan
setiap individu secara bebas tanpa batas, Dalam
sistem kapasitas ini cenderung individualistis dan monopolistik karena setiap pemilik modal dapat bersikap sewenang-wenang15
tanpa memperhatikan sistem ekonomi para duafa dan fakir miskin16.
Kapitalisme yang individualistik dan monopolistik akan mengabaikan distribusi secara adil, sehingga akan membenarkan statemen
"yang kaya makin kaya, yang
miskin makin miskin".
KAPEMASI membenarkan kepemilikan perseorangan, akan tetapi kapitalisme
monopolistik yang berpandangan eksploitatif terhadap manusia dan alam, sangat dihindari oleh kader-kadernyal7. Demikian juga dengan sistem
perekonomian sosialis yang bertumpu pada sentralisasi kepemilikan negara, tanpa
memberikan kesempatan pada pemilikan
perseorangan atau swasta untuk bekerja mengembangkan ekonomi adalah tidak dikehendaki oleh KAPEMASI.
Secara spiritual, kader KAPEMASI menunjukan individu-individu yang di satu
sisi kemampuan
intelektualnya handal, jiwa sosialnya teruji, moralnya terpuji, dan di sisi
lain mampumemerankan
diri sebagai seorang abid (hamba) dihadapan Allah'8, yang tentunya tidak pernah mencampakan agamanya hanya karena
pamrih-pamrih ekonomi dan hedonisme keduniaan yang menggiurkan19
di tengah kehidupan modern.
3.
DOKTRIN KEBEKASIAN DALAM
KEINDONESIAAN
Membangun daerah
atau mencurahkan perhatian terhadap tanah kelahiran merupakan keharusan moral.
Ini merupakan rangkaian atas doktrin persaudaraan kedaerahan. Sebagai wujud
dari sebuah daerah yang terus bergerak maju dalam derap segenap potensinya untuk membangun
tersebut. Oleh karena itu segenap kader KAPEMASI telah
di tuntut mencurahkan perhatian untuk
turut berpartisipasi aktif membangun daerah Bekasi.
Namun dalam wujud partisipasi itu mesti dipahami sebagai sebuah upaya membangun Bekasi dalam konteks
daerah-daerah lain yang lebih luas. Dari isi mereka tidak lantas memahami daerah lain
di Indonesia ini berdasarkan fakta bahwa Bekasi sebagai bagian kecil dari Indonesia, sehingga
pembangunannya tidak lepas dari programprogam pembangunan secara nasional.
Untuk itu logika yang mesti diterapkan adalah "Ke-Bekasi-an
dalam konteks Ke-Indonesia-an".
Logika di atas tidak memaksakan kader KAPEMASI untuk pulang kampung. Ini dapat menjembatani mereka karena
sesuatu hal tidak bisa harus pulang ke Bekasi. Namun dengan catatan "Dimanapun
mereka berada dan kemudian membangun daerah lain, tapi komitmen kebekasian mereka tidak
boleh luntur".
Logika di atas juga tidak membuat kader-kader KAPEMASI berpikiran tidak toleran, farsial dan picik dengan
beranggapan bahwa orang yang bukan ash Bekasi tidak layak hidup di Bekasi. Hadirnya
orang-orang pendatang justru harus membuat kaderkader KAPEMASI bersama masyarakat
Bekasi menjadi terpacu untuk maju dengan membangun kualitas sumber daya manusia untuk bisa
bersaing secara kualitas orangorang non Bekasi, sehingga mereka turut
menentukan kemajuan Bekasi.